Acara tahunan itu berlangsung meriah oleh sebab bukan hanya merupakan kirab budaya Cina seperti penampilan Liong (Naga), Barongsay, dan Tatung (pertunjukan semacam debus), namun juga menampilkan arak-arakan kebudayaan Nusantara, pasukan pengibar Bendera Merah Putih, serta ada pula penampilan kelompok marching band.
Lokasi Kelenteng Fat Cu Kung Bio berada di Jalan Kemenangan VIII No. 12 - 14, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, berjarak hanya sekitar 300 meter dari Kelenteng Jin De Yuan. Meskipun ramai pengunjung namun kami masih mendapatkan tempat parkir, walau sedikit agak jauh dari lokasi kelenteng.
Suasana di dalam Kelenteng Fat Cu Kung Bio cukup ramai saat itu, dan sedikit agak repot untuk masuk ke dalam ruangan kelenteng dimana orang-orang tengah bersembahyang setelah membakar beberapa batang hio. Jumlah batang hio yang dibakar bergantung pada niatan doanya.
Begitu banyaknya batang hio yang dibakar oleh umat yang datang silih berganti, membuat udara di dalam ruangan dipenuhi oleh kabut putih yang lama kelamaan membuat mata terasa pedih dan mengeluarkan air. Altar sembahyang di sebelah kiri dipersembahkan bagi Hian Tian Siang Tee, Hok Tek Ceng Sin, dan Couw Su Kong.
Dewa yang disebut terakhir mengingatkan saya pada kunjungan ke Kelenteng Tjo Su Kong di Tanjung Kait, Tangerang. Berbagai macam buah dan sayuran terlihat berjejer di atas meja, diapit oleh sejumlah hiolo yang umumnya terbuat dari kuningan, baik yang polos maupun yang berukir indah.
Shejit
Acara Shejit Yang Mulia Kongco Fat Cu Kung ini biasanya digelar selama 2 hari, yaitu Sabtu dan Minggu. Di hari Sabtu pengurus kelenteng menerima Kim Sien (patung dewa dewi) dari kelenteng tamu. Malam harinya ada malam kesenian dan panggung hiburan, serta ramah tamah dengan pimpinan kelenteng.Seorang pria terlihat melambaikan rotan yang dibalut dengan pita-pita menyerupai bola api, seolah sedang mencoba menarik perhatian Barongsay untuk bermain. Mereka berada di depan pintu masuk Kelenteng Fat Cu Kung Bio.
Di belakang si pria tampak Kim Lo untuk membakar kertas sembahyang, hiolo yang diletakkan pada dudukan berhias naga, serta benda persembahan berupa buah dan sayuran di atasnya. Membakar kertas sembahyang dan hio selain sebagai sarana ritual juga ada aspek perputaran ekonomi dalam membantu para penjual kertas sembahyang dan hio.
Minggu pagi mulai jam 08.00 hingga jam 10.00 diselenggarakan ritual sembahyang Shejit, dilanjutkan dengan persiapan kirab. Kirabnya sendiri dimulai pada pukul 13.00, setelah selesai makan siang. Pembagian sembako bagi orang yang tidak mampu juga diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan Shejit.
Fat Cu Kung
Tuan rumah kelenteng ini adalah Fat Cu Kung (Fa Zhu Gong), dewa Tao yang dipercayai memiliki kesaktian luar biasa. Orang yang mengalami kesulitan hidup dan penyakit yang sulit sembuh sering meminta pertolongan kepada Fat Cu Kung. Orang juga bersembahyang di depan altarnya untuk memohon agar hidupnya menjadi lebih baik, serta untuk memohon berkah dan perlindungan.Bersembahnya di altar Dewi Kwan Im di Fat Cu Kung Bio dengan hiolo keemasan berukir cantik. Manusia adalah mahluk lemah, yang selalu berharap rasa welas asih dari penguasa hidup.
Barongsay dengan warna dominan merah, yang sebelumnya berwarna kuning keemasan, juga mendekati ke arah pintu masuk Fat Cu Kung Bio, mungkin untuk mendapat berkah keselamatan sebelum ikut dalam kirab. Acara kirab diikuti oleh puluhan joli (tandu yang berisi patung para dewa) yang berasal dari berbagai kelenteng di seluruh Indonesia. Sepertinya ada semacam kesepahaman tak tertulis bahwa setiap kelenteng wajib mengirimkan joli sebagai partisipasi untuk mengagungkan kongco yang tengah berulang tahun.
Setelah mengambil foto patung dewa di dalam Kelenteng Fat Cu Kung Bio, saya keluar dari ruangan dan menunggu di jalan dekat kelenteng hingga acara kirab dimulai. Beberapa kelompok penabuh tambur berdatangan ke lokasi, salah satu penabuhnya adalah gadis remaja berusia sangat muda. Joli dengan hiasan sangat indah dikeluarkan dan siap diusung.
Kirab Budaya
Ketika kirab budaya Kelenteng Fat Cu Kung Bio sudah akan dimulai, saya meninggalkan area kelenteng dan menunggu arak-arakan di dekat Toko Merah, dan terus mengikuti arak-arakan hingga setelah melewati Stasiun Kota, dan berhenti di sana, sampai sebagian besar peserta kirab lewat. Secara keseluruhan acara kirab Kelenteng Fat Cu Kung Bio Glodok ini berlangsung meriah dan sangat menarik untuk ditonton.Salah satu yang paling menarik dalam kirab , namun juga bisa mendirikan bulu roma bagi banyak orang yang melihatnya, adalah adanya Tatung, yaitu orang kerasukan yang menyakiti diri dengan menusuk tembus kedua pipinya menggunakan batang logam serta menyayat lidahnya dengan pedang.
Jika ada waktu, sempatkan sesekali melihat acara yang biasanya berlangsung setiap bulan Oktober ini. Rute yang umumnya dilalui adalah dari Kelenteng Fat Cu Kung Bio di Jalan Kemenangan – Jalan Toko Tiga – Jalan Pintu Kecil - Jalan Kali Besar Barat - Jalan Kali Besar Timur 3 – Taman Fatahillah – Jalan Lada – Glodok – Jalan Hayam Wuruk – Berputar di Krukut / Kompas – Jalan Gajah Mada – Jalan Pancoran – Toko Tiga – dan berakhir di Jalan Kemenangan lagi.
Alamat Kelenteng Fat Cu Kung Bio berada di Jalan Kemenangan VIII No. 12 - 14, RT.07 RW.03, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Lokasi GPS : -6.142947, 106.8114337, Waze. Hotel di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Nomor Telepon Penting, Peta Wisata Jakarta, Peta Wisata Jakarta Barat, Rute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line Jabodetabek, Rute Lengkap TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Trayek Bus Damri Bandara Soekarno - HattaDiubah: Desember 06, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Barat, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.