Curug Omas Bandung adalah sebuah air terjun yang berukuran cukup besar dengan tinggi sekitar 30 meter. Curug dengan debit air cukup besar ini berada di dalam kawasan wisata Maribaya, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Lembang arah ke timur, atau jaraknya sekitar 21 kilometer sebelah utara Kota Bandung.
Curug Omas Bandung saya kunjungi beberapa sesaat setelah meninggalkan Gua Belanda yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda. Saya menumpang ojeg motor dari Gua Belanda dengan ongkos Rp.50.000 pulang balik, melewati jalan setapak yang agak terjal sepanjang sekitar 5 km. Di beberapa tempat saya turun karena lintasannya licin.
Berjalan kaki melalui jalan setapak dari Gua Belanda ke Curug Omas juga merupakan pilihan yang baik, jika saja saat itu memiliki waktu yang memadai. Karena saat itu jelang tengah hari dan hujan bisa turun kapan saja dalam waktu sejam ke depan, sehingga saya memutuskan naik ojeg untuk menghemat waktu dan menghindari hujan.
Setelah setengah berdebaran dibonceng motor melewati jalan berliku tak mulus yang bisa saja terpeleset dan terjatuh, akhirnya kami sampai dengan selamat di tempat parkiran motor di area terdekat ke curug. Turun dari motor kami melangkah lagi melewati jalan yang dipasangi batuan kecil agar tidak licin di saat musim penghujan.
Sesaat kemudian sampailah kami di lokasi curug di tepian kawasan wisata Maribaya. Sayangnya air Sungai Cikapundung yang terjun di Curug Omas terlihat keruh di saat musim hujan, saat dimana saya berkunjung, menandai bahwa bagian hulu sungai ini sudah tidak begitu sehat. Indikasi kerusakan lingkungan lainnya adalah debit air yang meningkat drastis, dan sering menimbulkan banjir di bagian hilir yang mendangkal.
Seekor kera tengah bermain dengan bebas di sebuah cabang pepohonan di tepian sungai di dekat Curug Omas. Sekelompok monyet lain juga terlihat berjalan mondar-mandir di dahan pohon yang cukup tinggi. Monyet-monyet itu bergerak cukup aktif, sehingga agak sulit untuk mendapatkan fotonya selagi mereka sedang diam, meski hanya beberapa saat.
Suasana di sekitar Curug Omas bisa dikatakan sangat menyenangkan dan hawanya pun cukup sejuk yang menjadi ciri daerah Lembang, meski memang tak sedingin hawa di tahun 70-an. Suara gemuruh air terjun dan kadang jeritan monyet mewarnai suasana. Beberapa warung tampak tengah melayani pengunjung di bagian berbukit di samping area terbuka hijau.
Dari sebuah lintasan sempit di pinggiran sungai saya mendapatkan sudut pandang ke arah curug dengan jembatan gantung rangka besi bercat merah dan beralas deretan kayu. Jembatan di atas Curug Omas itu memiliki pandangan bagus ke arah sungai di bagian bawahnya dan jembatan satu lagi di bawah sana yang kondisinya saat itu rusak.
Berbeda dengan jembatan gantung pada umumnya, tidak ada tiang pancang pada kedua ujung jembatan ini, sehingga kekuatannya tampaknya hanya ada pada bentang besi dan kawa baja yang berada di atasnya. Semoga saja kekuatan dan kondisinya diperiksa sering secara ketat.
Berdiri di atas jembatan ini tak bisa memotret curug, karena nyaris tepat berada di atasnya. Namun pengunjung bisa melihat sungan dan jembatan sejenis agak jaug di sebelah bawahnya yang mestinya merupakan tempat terbaik bagi para pemotret untuk merekam keindahan curug. Sayangnya waktu itu tidak bisa dipergunakan karena alasan keamanan.
Di sebelah Curug Omas terdapat sebuah area terbuka hijau yang cukup luas, dengan tengara yang memberi informasi tentang fasilitas apa saja yang ada di dalam kawasan wisata Maribaya ini. Tempat itu tampaknya cukup populer, karena beberapa saat sebelumnya sepasang calon pengantin diambil potret pra-nikahnya di lokasi ini.
Mulai pertengahan Mei agaknya waktu yang lebih baik untuk mengunjungi Curug Omas untuk lebih bisa menikmati airnya yang jernih. Namun semakin jauh masuk musim kering, maka debit air curug juga akan terus menyusut yang akan mengurangi keindahannya.
Sesungguhnya ada beberapa air terjun lainnya di kawasan Maribaya Lembang selain Curug Omas, yaitu Curug Cigulung, Curug Cikawiri dan Curug Cikoleang, serta ada pemandian air panas yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Namun saya belum mengetahuinya saat itu, dan lagi pula harus berpacu dengan waktu karena langit mulai gelap.
Pemandangan disekitar curug. Sayangnya air Sungai Cikapundung yang terjun di Curug Omas terlihat keruh di saat musim hujan, saat dimana saya berkunjung, menandai bahwa bagian hulu sungai ini sudah tidak begitu sehat. Indikasi kerusakan lingkungan lainnya adalah debit air yang meningkat drastis, dan sering menimbulkan banjir di bagian hilir yang mendangkal.
Akses jalan yang cukup rapi dengan pagar pelindung dan tatanan batu sehingga tidak becek di musim hujan, hanya saja memang perlu perawatan agar tidak menjadi licin. Akses ini ditempuh dengan berjalan kaki dari area parkir ojeg hingga ke lokasi Curug Omas.
Penampakan pada bagian atas Curug Omas dengan pepohonan yang masih cukup lebat arah ke hulu. Air Sungai Cikapundung mengalir cukup deras di musim hujan yang membuat warnanya menjadi kelabu coklat.
Pemandangan ini diambil dari jembatan yang melintas hampir tepat di atas curug, yang karena berpagar besi membuat pejalan hanya bisa melihat air yang jatuh namun sulit untuk memotretnya. Posisi jembatan memang baiknya digeser sekitar 4 meter arah ke bawah agar pengunjung bisa menikmati pemandangan dengan lebih nyaman.
Seekor kera tengah bermain dengan bebas di sebuah cabang pepohonan di tepian sungai di dekat Curug Omas. Sekelompok monyet lain juga terlihat berjalan mondar-mandir di dahan pohon yang cukup tinggi. Mereka bergerak cukup aktif, sehingga agak sulit untuk mendapatkan fotonya selagi mereka sedang diam, meski hanya beberapa saat.
Kera jenis ekor panjang seperti ini saya jumpai di cukup banyak tempat yang pernah saya kunjungi, seperti di Plangon, Keramat Solear, Masjid Saka Tunggal, Wenara Wana, dan beberapa tempat lainnya.
Monyet di area sekitar Curug Omas Maribaya ini bukan dari jenis yang jinak, bukan yang terbiasa mengganggu orang juga. Mereka cenderung takut dan hanya melihat pengunjung dari kejauhan dan lari menjauh jika didekati.
Deretan warung di lereng bukit di atas Curug Omas, yang sebagian diantaranya tampak tutup yang mungkin mereka hanya buka pada saat akhir pekan saja. Hanya pemilik warung yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya di sini yang berjualan setiap hari.
Dari sebuah lintasan sempit di pinggiran sungai saya mendapatkan sudut pandang ke arah curug dengan jembatan gantung rangka besi bercat merah dan beralas deretan kayu. Jembatan di atas Curug Omas itu memiliki pandangan bagus ke arah sungai di bagian bawahnya dan jembatan satu lagi di bawah sana yang kondisinya saat itu rusak.
Pandangan tegak pada Curug Omas yang memberi detail foto yang lebih baik . Saat itu belum tersedia tapak pandang yang baik di tepian bawah curug, yang mestinya sudah harus dipikirkan untuk memberi pengalaman dan kesan yang baik bagi pengunjung.
Di sebelah Curug Omas terdapat sebuah area terbuka hijau yang cukup luas, dengan tengara yang memberi informasi tentang fasilitas apa saja yang ada di dalam kawasan wisata Maribaya ini. Tempat itu tampaknya cukup populer, karena beberapa saat sebelumnya sepasang calon pengantin diambil potret pra-nikahnya di lokasi ini.
Bapak tukang ojeg yang menemani saya tengah berdiri di tengah jembatan gantung. Di hari libur, jembatan ini tampaknya menjadi salah satu titik yang digemari untuk selfie, meski pandangan ke arah aliran air dan curug terhalang oleh kerangkan besi. Jembatan gantung pun melintang tepat di atas Curug Omas itu sehingga memiliki pandangan yang sangat terbatas.
Sudut pandang berbeda pada jembatan gantung di atas Curug Omas itu. Sudah agak lama saya tak berkunjung ke curug ini, boleh jadi penampakan jembatan ini sudah jauh berubah, menjadi lebih baik mestinya.
Berbeda dengan jembatan gantung pada umumnya, tidak ada tiang pancang pada kedua ujung jembatan ini, sehingga kekuatannya tampaknya hanya ada pada bentang besi dan kawa baja yang berada di atasnya. Semoga saja kekuatan dan kondisinya diperiksa sering secara ketat.
Pemandangan dari atas jembatan ke arah jembatan lain di bagian bawah air terjun, yang seharusnya merupakan tempat yang sangat baik untuk menikmati pemandangan Curug Omas. Sayang sekali jembatan itu dalam keadaan rusak dan tidak bisa dipergunakan, karena alasan keamanan.
Sudut pandang yang sedikit berbeda dari foto sebelumnya, memperlihatkan kedalaman jurang dimana air mengalir di sungai di bawah sana, yang juga bisa menjadi indikasi ketinggian rambatan air terjun di Curug Omas.
Pemandangan dari ujung jembatan memperlihatkan aliran air terjun yang mengucur deras, serta ada semacam lapisan batu memanjang yang berada dianatar tebing karang. Batu itu sepertinya memiliki tekstur, dan entah karena pekerjaan alam atau pekerjaan tangan manusia pada jaman dahulu.
Curug Omas dilihat dari sudut sebelah kiri jembatan bawah yang tengah rusak. Foto ini dibuat sudah cukup lama, dan seingat saya kawasan Maribaya telah mengalami perbaikan pada beberapa bulan yang lalu, jadi mudah-mudahan saja jembatan bawah dan area di sekitarnya sudah diperbaiki.
Penampakan Curug Omas diambil dengan kecepatan shutter lebih rendah dibanding foto sebelumnya. Mulai pertengahan Mei agaknya waktu yang lebih baik untuk mengunjungi Curug Omas untuk lebih bisa menikmati airnya yang jernih. Namun semakin jauh masuk musim kering, maka debit air curug juga akan terus menyusut yang akan mengurangi keindahannya.
Masih foto yang sama diambil pada saat yang sedikit berbeda. Jika jembatan di geser sekitar 5 meter ke arah bawah curug, bentang jembatan memang akan menjadi jauh lebih panjang, dan diperlukan konstruksi kawat baja yang kuat untuk menyangganya.
Jembatan bawah yang ditutup dengan tiang bambu untuk mencegah pengunjung menggunakannya karena alasan keamanan. Semoga saja saat ini sudah diperbaiki untuk kenyamanan para pengunjung agar bisa menikmati Curug Omas dari atas jembatan ini, yang merupakan lokasi terbaik menikmati keindahan curug.
Pandanga pada sisi sebelah kiri jembatan yang jika semaknya dipangkas rapih akan bisa memperluas sudut pandang sehingga orang masih bisa menikmati panorama Curug Omas meski tidak dari tengah jembatan gantung.
Semak rimbun di bagian awal jembatan bawah yang saat juga memerlukan perawatan agar terlihat rapih dan asri. Ada cukup banyak petugas kebersihan yang saya lihat tengah bekerja saat itu. Mungkin karena jembatan ini sedang ditutup sehingga tidak mendapat prioritas untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Sisi sebelah kanan jembatan bawah Curug Omas juga nyaris tertutupi oleh pepohonan yang rimbun, menyisakan sedikit bidang pandang yang memperlihatkan aliran air sungai di bawah sana.
Sudut pandang lainnya lagi pada jembatan bawah Curug Omas. Curah hujan yang sangat tinggi di area ini membuat konstruksi jembatan yang lantainya terbuat dari kayu menjadi cepat rapuh dan rusak.
Pemandangan perbukitan yang terlihat dari lokasi sekitar Curug Omas. Adanya perbukitan seperti ini membuat hawa di sekitar daerah Maribaya menjadi relatif masih sejuk. Tidak terlihat adanya pepohonan besar di perbukitan itu, mungkin sudah habis dijarah orang dan kayunya telah menghiasi rumah-rumah mewah di kota-kota besar.
Lingkungan di Maribaya bisa dikatakan masih relatif terjaga dengan cukup baik. Terpeliharanya kawasan hutan di daerah hulu akan memperkecil kemungkinan terjadinya bencana banjir di wilayah Bandung, terutama di wilayah selatan yang relatif rendah.
Pemandangan pada jalan setapak yang menuju ke arah jembatan di atas curug. Suasana di sekitar Curug Omas sungguh menyenangkan dan cukup sejuk dengan dominasi suara air terjun dan kadang diseling jeritan monyet yang berloncatan di atas pepohonan cukup rimbun.
Pemandangan pada rimbun pepohonan di kawasan Maribaya dimana Curug Omas berada. Waktu yang sempit membuat saya tak bisa berkeliling untuk melihat lebih banyak tempat menarik di sana. Mungkin lain waktu.
Setelah sekitar setengah jam, saya kembali ke Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, menumpang ojeg yang sama. Sebenarnya agak menakutkan juga membonceng sepeda motor melewati jalanan tidak rata, berkelok, agak licin dan kadang naik turun curam. Oleh karenanya ada perasaan senang dan bersyukur ketika sampai dengan selamat di tempat parkir kendaraan.
Lokasi Curug Omas berada di dalam Kawasan Wisata Maribaya, Lembang, Bandung. Lokasi GPS : -6.834823, 107.658463, Waze. Rute Bandros, Hotel di Lembang, Tempat Wisata di Bandung, Peta Wisata Bandung, Hotel Murah di Bandung, Hotel di BandungDiubah: Desember 15, 2024.
Label:
Air Terjun,
Bandung Barat,
Lembang,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.