Bangunan Langgar Merdeka Laweyan sempat saya tengarai menaranya, karena menarik, ketika lewat di Jl Dr. Radjiman Solo beberapa kali sebelumnya. Namun saat itu sempat saya lewati begitu saja lantaran belum tahu bahwa bangunan itu adalah Benda Cagar Budaya dan ikon Kampung Batik Laweyan.
Dari percakapan singkat dengan seorang pria, yang toko batiknya berada di seberang Langgar Merdeka Laweyan ini, saya ketahui bahwa nama Langgar Merdeka rupanya diberikan oleh mendiang Bung Karno, sejalan dengan semangat kemerdekaan yang kala itu tengah dikobarkan.
Setelah mengambil beberapa foto dari luar gedung, saya berjalan menyeberang jalan untuk mendekati bangunan langgar, selanjutnya mencoba membuka pintu masuk langgar yang berada di pojok bangunan dan ternyata pintunya tidak dikunci. Saya pun melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan melewati pintu dan lalu meniti tangga untuk naik ke lantai dua.
Tampak muka Langgar Merdeka Laweyan Solo, dengan jalanan yang cukup sibuk di depannya. Menara yang cukup tinggi berada di pojok kanan dengan pintu terlihat berada di sisi sebelah kiri menara. Jika saja dindingnya dicat dengan warna putih maka akan lebih kuat kesan bangunan heritagenya. | Tampak pojok Langgar Merdeka Laweyan yang mengingatkan saya pada Langgar Tinggi Pekojan dengan kesamaan langgarnya berada di lantai dua, serta bagian bawahnya disewakan untuk usaha. Perbedaanya adalah pada arsitektur bangunannya, lebih cantik Langgar Tinggi Pekojan, serta adanya menara yang menyatu pada bangunan di Langgar Merdeka Laweyan ini, sementara di Langgar Tinggi Pekojan tidak ada menara. Perbedaan lainnya adalah usaha di lantai satu Langgar Tinggi Pekojan sangat kental dengan nuansa Arab, sedangkan di Langgar Merdeka Laweyan ini nuansa itu tak tercium dan mereka terutama berjualan madu dan Apem Laweyan. |
Pada dinding luar atas di pojok bangunan Langgar Merdeka Laweyan Solo terlihat tulisan yang memberi informasi tentang tanggal berdirinta bangunan aslinya, yaitu pada tanggal 7 Juli 1877. Di pojok sebelah kiri terdapat aksara Arab dan tulisan Latin berbunyi 'Al Ichlas', dan di pojok pada sisi sebelah kanan ada tulisan Arab lagi dan tulisan Latin berbunyi 'Langgar Merdeka'. | Tengara Cagar Budaya pada dinding tembok luar Langgar Merdeka Laweyan, yang ditetapkan pada November 2012 dengan surat keputusan No 04-35/D/Lw/2012. |
Ruang utama Langgar Merdeka Laweyan dilihat dari pintu masuk langgar, memperlihatkan partisi kayu di sisi kanan yang memisahkan ruang utama untuk sholat jamaah pria dengan ruang khusus untuk sholat jamaah wanita. | Bagian mihrab Langgar Merdeka Laweyan dengan tulisan beraksara Arab di sisi kiri, dan tulisan latin di sebelah kanan yang berbunyi: Lan Nglakonono ing Salat Karono Eling Marang Ingsoen (Allah), S(urat) Toha J(uz)-14. |
Sebuah kentong kayu berukuran besar berdiri di menggantung pada penyangga di pojok ruangan. Tak saya lihat kayu pemukulnya, tak pula ada bedug. Tangga adalah akses jalan menuju ke puncak menara masjid yang tak saya tapaki. | Bagian belakang kanan ruangan Langgar Merdeka Laweyan Solo dengan partisi kayu elok yang menjadi pemisah ruang antara tempat salat untuk jamaah pria dan wanita. Langgar Merdeka Laweyan berdiri di atas tanah wakaf keluarga H. Imam Mashadi seluas 179 m2. Langgar ini mulai dibangun pada 1942, selesai pada 26 Februari 1946, dan diresmikan oleh Mentri Sosial pertama yaitu Mulyadi Joyo Martono. |
Papan tengara Kampoeng Batik Laweyan di pinggir jalan masuk yang berada persis di samping Langgar Merdeka. Rupanya karena posisinya itulah maka selain menjadi ikon wisata heritage Laweyan maka Langgar Merdeka juga menjadi penanda bagi pejalan yang ingin berkunjung dan berbelanja ke Kampoeng Batik Laweyan. | Pandangan dekat yang memperlihatkan simbol bulan sabit bintang pada pintu, diapit dengan kaligrafi aksara Arab berbunyi “Allah” dan “Muhammad” |
Pandangan pada bagian bawah langgar yang digunakan sebagai toko penjualan madu, bersebelahan dengan warung penjual apem. | Tulisan berisi petikan ayat al-Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, “Lan nglakonono salat karono eling marang Ingsoen”. |
Di ruang utama terdapat mihrab dengan kipas angin untuk imam, sebuah almari perpustakaan, kentongan besar yang tinggi, serta tangga untuk naik menuju ke menara. Lantaran terlihat gelap saya pun tak mencoba menaiki tangga ke atas menara itu.
Di dalam ruangan ini tak ada mimbar yang biasa dipakai khotib untuk khotbah sholat Jumat atau sholat di hari raya. Lazimnya langgar memang tidak digunakan untuk sholat Jumat lantaran ruangannya yang kecil sehingga jumlah jamaahnya juga sedikit.
Langgar ini pernah direnovasi pada tahun 2010 dengan melakukan perbaikan di lantai satu untuk tempat usaha dan lantai dua untuk tempat ibadah, juga pada menara yang disambar petir saat renovasi langgar masih berlangsung.
Bangunan aslinya didirikan pada 1877 itu dimiliki oleh seorang keturunan Tionghoa untuk berjualan Candu, sebelum akhirnya dibeli oleh H. Imam Mashadi dan diubah fungsinya menjadi sebuah langgar.
Saat Agresi Militer Belanda ke II pada 1949 dan Kota Solo diduduki, namanya berganti menjadi Langgar Al Ikhlas karena Merdeka merupakan kata terlarang bagi pemerintah kolonial Belanda. Pada saat Agresi Militer Belanda ke II itu, Langgar Merdeka selamat dari pengeboman yang dilakukan oleh pesawat tempur Belanda. Nama Langgar Merdeka dipulihkan kembali pada 1950.
Lahan parkir yang terbatas, papan tengara yang kurang menonjol, serta akses masuk ke Langgar Merdeka yang kurang jelas yang membuat orang ragu untuk membukanya, mungkin menjadi penyebab bahwa langgar ini lebih sering dilewati pengunjung Kampung Batik Laweyan ketimbang disinggahi. Perbaikan pada salah satu dari ketiga hal itu sudah akan sangat membantu.
Langgar Merdeka Laweyan Solo
Alamat : Jalan Dr. Radjiman No. 565 , Solo. Telp. 0271-724985. Lokasi GPS : -7.56878, 110.79349, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Diubah: Desember 03, 2024.Label: Jawa Tengah, Langgar, Laweyan, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.