Tebing Belerang yang berwarna kekuningan terang itu terlihat jelas ketika kami menyusuri jalur pipa air menuju ke Kolam Tando PLTN Ketenger yang pemandangannya sangat indah. Jalur ini biasa dipakai penduduk yang berdagang di Pancuran Pitu, serta jalur treking para pejalan.
Kami ditemani seorang penduduk yang belakangan menawarkan diri menjadi penunjuk jalan untuk treking menuju sebuah situs yang tak ingat lagi saya namanya, namun terpaksa saya tolak karena ketidakjelasan informasi waktu tempuhnya, dan khawatir waktu saya akan terpakai habis di tempat itu. Di sepanjang turunan atau undakan yang cukup lebar untuk orang berpapasan ini memang cukup ideal sebagai tempat untuk melakukan foto selfie atau wefie.
Asap putih mengepul dari aliran air panas yang berasal dari Pancuran Pitu, mengular di sepanjang tebing kasar yang lebar. Kepul asap yang bisa menjadi tontonan sendiri yang menarik itu menandai suhu air yang lumayan tinggi bertemu dengan udara lereng pegunungan yang dingin.
Air panas dari perut Gunung Slamet yang mengandung belerang dan mengalir selama ratusan tahun tanpa henti ini menyisakan endapan belerang berwarna kekuningan pada tebing, sehingga kemudian disebut sebagai Tebing Belerang. Jika memandang lurus ke depan ketika menuruni undakan akan terlihat lembah hijau elok nun jauh di sana.
Sudut pandang lainnya dilihat dari sisi sebelah kanan, sisi dimana terdapat undakan untuk turun ke bawah tebing belerang, dimana terdapat Gua Selirang dan Gua Sarabadak. Dinding lumut tebal berwarna hijau kecoklatan menutupi tebing yang tidak terkena aliran air panas Pancuran Pitu, memberi keteduhan di mata pejalan dan menjadi penanda tingginya curah hujan di pinggang Gunung Slamet ini.
Tebing Belerang Baturraden terlihat sebagian di sebelah kanan dari tebing berlumut ini. Baik tebing belerang maupun tebing berlumut memiliki keindahannya sendiri-sendiri yang saling melengkapi. Lumut merupakan tumbuhan kecil yang struktur tubuhnya relatif sederhana oleh karena tidak memiliki akar, batang dan daun sejati.
Pemandangan pada dinding belerang dilihat dari trap-trapan menurun yang diakses dari sisi sebelah kanan tebing. Tebing berwarna keemasan adalah bagian yang sering dilewati oleh aliran air panas yang mengandung belerang. Di ujung bawah kanan sana adalah penampakan Gua Selirang.
Suasana sekitar masih sepi, belum banyak pengunjung yang datang ke tempat ini lantaran masih pagi dan hari itu bukan akhir pekan dan musim libur sekolah belum lagi tiba. Berbeda dengan pantai yang akan jauh lebih menarik ketika ramai dikunjungi orang dengan berbagai tingkah polahnya, ke tempat semacam ini akan lebih menyenyangkan ketika sedang tidak banyak pengunjung yang datang.
Di ujung kaki tebing belerang ada undakan untuk naik ke atas dari sisi yang satu lagi, dengan melewati bagian depan Goa Sarabadak yang masih ditutup setelah longsor. Kami naik kembali ke atas dengan menggunakan anak tangga itu, untuk mendapatkan pengalaman dan pemandangan yang berbeda.
Bagian kaki Tebing Belerang Baturraden memiliki kontur dan warna yang terlihat indah, serta tampak sangat bersih karena dibasuh air panas yang terus mengalir tanpa henti sepanjang tahun. Sukur jika kebersihan itu juga karena tingkat kesadaran pengunjung yang sudah baik untuk tidak membuang sampah secara sembarangan.
Lubang Goa Selirang ada di sisi sebelah kanan kaki tebing yang berwarna gelap, namun gua ini tampaknya tidak cukup dalam dan tidak pula dimasuki orang. Hanya saja pengunjung sering berdiri di depan mulut gua untuk mendapat guyuran air panas.
Bagian bawah tebing belerang yang terlihat elok ketika beberapa orang pengunjung tampak tengah menuruni undakan, dan sebagian lagi berdiri di kaki tebing, dekat dengan lokasi Gua Selirang. Tidak ada kesulitan dalam menuruni undakan menuju bagian bawah tebing.
Jalanan sudah ditata dengan cukup baik, meskipun masih terbilang sederhana dan mudah-mudahan akan atau sudah ditingkatkan lagi kenyamanan dan keamanannya. Pejalan bisa dengan cukup mudah berjalan kaki turun ke bawah dengan meniti undakan. Sebagian jalan setapak di samping tebing dan sebagian tebingnya ditumbuhi lumut hijau cantik.
Pemandangan bagian atas Tebing Belerang juga terlihat elok jika dilihat dari sisi sebelah kanan setelah menaiki beberapa puluh undakan, yang sebagian cadasnya masih ditumbuhi oleh lumut sehingga berwarna kehijauan. Di atas sana adalah atap bangunan kolam rendam pribadi yang berada di ujung kiri area Pancuran Pitu. Setelah memberikan sedikit tips kepada penduduk yang menemani, kami pun beranjak pergi.
Meski cukup melelahkan namun hawa dingin kawasan hutan wisata Baturraden serta pemandangan alam sekitar yang indah membuat perjalanan ke Tebing Belerang, Goa Selirang, Goa Sarabadak, dan Pancuran Pitu ini menjadi cukup menyenangkan. Jumlah undakannyapun saya kira lebih sedikit dibandingkan jumlah undakan yang ada di Air Panas Anak Gunung Kelud di Kediri.
Tebing Belerang Baturraden
Alamat : Kawasan Pancuran Pitu, Baturraden, Bayumas. Lokasi GPS : -7.310087, 109.21784, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Sudut pandang lainnya dilihat dari sisi sebelah kanan, sisi dimana terdapat undakan untuk turun ke bawah tebing belerang, dimana terdapat Gua Selirang dan Gua Sarabadak.
Dari kiri ke kanan Decyca (R.I.P.), Rika, Dewi, Lita, dan Olyvia di trap-trapan menurun menuju ke area di bawah Tebing Belerang, kawasan Pancuran Pitu, Baturraden.
Trap-trapan menurun di sisi sebelah kanan Tebing Belerang yang masih sederhana dan mungkin licin di waktu basah namun cukup aman di waktu kering, dengan pegangan bambu di sisi sebelah kanan lintasannya. Tebing berlumut dan Tebing Belerang berwarna keemasan tampak di ujung sana.
Berfoto lagi dengan latar yang berbeda dari foto sebelumnya. Area Pancuran Pitu tidaklah seramai area Lokawisata Baturraden, oleh sebab orang harus khusus datang ke sini karena di lokawisata saja sudah banyak hal yang bisa dilakukan dan bisa tak cukup puas meski sudah seharian di sana.
Tebing berlumut yang tak kalah eloknya dari Tebing Belerang yang ada beberapa meter di sebelah kirinya. Tebing ini tidak mendapat aliran air panas Gunung Slamet yang mengandung belerang, sehingga hanya air hujan yang merambat di sana.
Pandangan lebih menurun lagi ke arah kaki Tebing Belerang dimana tepat di bawahnya terdapat Gua Selirang. Air panas yang mengalir tidak terlalu panas oleh sebab telah melewati area terbuka cukup panjang.
Penduduk yang menemani kami berdiri di kaki Tebing Belerang dengan aliran air panas yang mengalir cukup banyak dan relatif masih bersih.
Tengara Tebing Belerang di latar depan yang ditulis pada sebidang batu gunung yang dibuat agak pipih dalam posisi tegak. Di belakangnya adalah bagian Tebing Belerang dengan mosaik yang terjadi akibat aliran air panas yang tidak rata.
Tulisan Tebing Belerang lainnya dengan selokan kecil berisi aliran air panas Gunung Slamet yang terlihat mengalir cukup deras dengan buih dan air yang jernih.
Pandangan pada bagian yang relatif mendatar, agak sedikit miring ke bawah, dari Tebing Belerang dengan kepulan asap tipis yang berasal dari panas di ujung sana. Jauh di dekat kaki bukit di latar belakang adalah bagian dari Desa Ketenger yang cukup asri.
Tebing lumut yang berwarna hijau muda cerah elok, dengan area Tebing Belerang di sebelah kirinya. Di kanan bawah sana terlihat undakan yang menuju ke Gua Sarabadak.
Sudut pandang yang sedikit berbeda dari foto sebelumnya dengan tebing lumut diapit oleh Tebing Belerang yang berwarna keemasan.
Masih pemandangan di dekat Tebing Belerang yang dilihat dari dekat maupun jauh sama eloknya.
Pandangan utuh pada foto di halaman utama yang memperlihatkan trap-trapan menurun serta dinding Tebing Belerang di sebelah kanan.
Olyv sedang memotret Decyca dan Lita dengan latar belakang Pancuran Pitu.
Warung-warung yang membutuhkan penataan dengan pandangan arah meninggalkan area Pancuran Pitu.
Diubah: Desember 19, 2024.
Label: Banyumas, Baturraden, Jawa Tengah, Tebing, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.