Sunarto mungkin generasi tua tersisa yang secara ikhlas merawat dan membersihkan makam tua yang menjadi bagian sejarah Panjer, dan Kebumen. Di kompleks Makam Mbah Blesek juga ada Kirman (58 tahun) yang menyebut dirinya hanya membantu merawat makam ini sejak 1995. Makam Mbah Blesek ini terlewati ketika menuju ke Makam Marga Ewuh dari pertigaan Jl Pemuda. Sama seperti Sunarto, Kirman juga tak tahu banyak tentang riwayat para sepuh di sana. Kisah sejarah memang sering menyusut isinya, sesuai penyusutan ingatan. Akibatnya sering lebih banyak bumbu dan dongeng ketimbang fakta sejarahnya.
Diantara sesepuh Desa Panjer, adalah mBah Blesek yang disebut sebagai orang paling sepuh atau yang paling dituakan diantara para sesepuh lainnya. Sayangnya siapa Mbah Blesek juga tidak jelas benar, hanya saja dipercayai bahwa beliau juga berasal dari Jogjakarta. Murcanya di tempat ini, di bawah Pohon Kepuh, seperti wali. Begitu kata Kirman.
Di bagian depan kompleks pemakaman umum ini terdapat cungkup dimana di dalamnya terdapat unur cukup besar yang disebut Kirman sebagai Mbah Bentek. Tak jelas siapa beliau ini karena tak saya temukan tulisan tentangnya, hanya saja menurut penuturan Kirman beliau ini berasal dari Jogjakarta yang mungkin menyingkir ke Panjer saat ada gegeran.
Entah mengapa sepertinya ada kecenderungan bagi orang Solo dan Jogja untuk menyingkir ke arah barat, diantaranya ke wilayah Panjer ini, ketika terjadi kekacauan di kota raja. Sebut saja misalnya Pangeran Bumidirjo dan Amangkurat I yang sama-sama menyingkir ke wilayah Panjer pada kurun masa berbeda. Demikian pula keturunan Ki Ageng Mangir yang kemudian menurunkan trah Kalapaking.
Di latar belakang sana terlihat sebuah cungkup lagi yang lebih tertutup ketimbang cungkup makam yang ada di depan ini. Cungkup itu pintu masuknya ditutup dengan krei terbuat dari batang bambu, serta dindingnya ditutup dengan kotak-kotak bambu bujur sangkar. Cungkup itu tepat berada di ujung jalan setapak yang membelah pemakaman.
Penampakan unur yang berada di dalam cungkup makam di pentokan jalan setapak yang membelah tengah kompleks makam. Unur adalah rumah rayap yang menggunung dan lama-lama mengeras menjadi sekeras batu. Sebelumnya saya kira ini adalah Makam Mbah Blesek, namun Kirman mengatakan bahwa makam Mbah Blesek justru berada di luar cungkup.
Unur atau rumah rayap rupanya memiliki arti istimewa buat orang Jawa. Jika unur berada di dalam rumah, maka konon pemilik rumah akan senang hidupnya, banyak rejeki dan hidup terhormat. Jika ada unur berada di kuburan, maka anak cucu penghuni kuburnya yang konon akan senang hidupnya dan menjadi orang berpangkat serta dihormati orang.
Meskipun rayap adalah musuh utama kayu yang menjadi bahan utama rumah orang-orang pada jaman dahulu, namun dengan kepercayaan seperti itu maka tak heran jika keberadaan unur layaknya yang ada di Makam Mbah Blesek ini tidak pernah diganggu orang, dan malah dianggap sebagai sebuah berkah yang harus dirawat kelestariannya.
Diantara foto lainnya yang saya ambil di tempat ini adalah tampak muka cungkup makam yang berada di sebelah Makam Mbah Blesek, dengan latar Pohon Kepuh yang telah berusia sangat tua. Peziarah yang datang ke tempat ini rupanya masih sopan dengan tidak mencongkel unur untuk dijadikan sebagai jimat, sehingga unurnya tidak perlu digembok.
Makam di luar cungkup di bawah pohon besar yang teduh adalah yang disebut Kirman sebagai Makam Mbah Blesek. Entah bagaimana ceritanya, namun Kirman mengatakan bahwa Mbah Blesek tidak mau makamnya dibuatkan cungkup. Tak jelas apakah ketidakmauan itu dikatakannya sebelum meninggal, atau setelah meninggal si mbah baru membuat pesan gaib.
Adakalanya robohnya cungkup kubur yang belum lama dibuat oleh karena tiupan angin kencang atau hujan deras diartikan sebagai penolakan si mati pada cungkup makam. Apalagi jika peristiwa semacam itu terjadi beberapa kali, yang makin memperkuat kesimpulan orang tentang penolakan itu.
Ada satu lagi nama sesepuh yang disebut Kirman bernama mbah Kuncung, yang dikubur berdekatan dengan para pengikutnya. Mungkin makam di dalam cungkup itu yang disebut Kirman sebagai Makam Mbah Kuncung karena tak saya temukan lagi informasi lain di catatan saya. Sayangnya memang sangat sedikit informasi yang saya dapatkan di tempat ini.
Sering tak begitu mudah untuk menggali informasi tentang tokoh seperti Makam Mbah Blesek Panjer ini lantaran keterbatasan rujukan dan semakin sedikitnya orang tua yang bisa bercerita. Jika pun masih ada orang-orang seperti itu, tak banyak lagi yang mereka masih ingat, oleh sebab begitu lamanya mengeram dan mengerak dalam ingatan. Begitupun tetap harus dicoba mengumpulkan apa yang tersisa.
Makam Mbah Blesek Panjer
Alamat : Desa Panjer, Kecamatan Kebumen, Kebumen. Lokasi GPS : -7.67907, 109.66083, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Diubah: Oktober 01, 2019.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Makam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.