Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Sekolah Swasta Kurikulum Cambridge dan IB di Jakarta

Tulisan tentang Sekolah Swasta Kurikulum Cambridge dan IB di Jakarta ini dibuat bagi para orang tua yang hendak mencari sekolah alternatif bagi putera-puterinya, baik untuk tingkat sekolah dasar, SMP, maupun SMA. Perlu disampaikan bahwa mungkin tak semua sekolah yang disebut di bawah ini sudah memiliki semua jenjang itu.

Daftar Nomor Telepon Penting di Jakarta

Ada baiknya mencatat dan menyimpan daftar Nomor Telepon Penting di Jakarta walaupun tidak tinggal menetap di kota ini dan hanya mampir untuk beberapa saat atau beberapa hari saja. Oleh sebab kedaruratan bisa terjadi kapan saja, dan kecepatan menghubungi bantuan menjadi sangat penting.

Biaya Masuk Sekolah Dasar Swasta di Jakarta Timur

Tulisan ini adalah untuk berbagi berapa biaya masuk sekolah dasar swasta di Jakarta Timur dan sekitarnya, berdasar informasi yang diperoleh baik secara langsung maupun lewat situsweb. Umumnya semakin cepat orang tua membayar uang pangkal dan uang sekolah setelah mengikuti tes dan dinyatakan lulus, akan semakin murah biaya yang harus dikeluarkan.

Stasiun Kereta Api Kebumen

Beberapa waktu lalu untuk pertama kali saya naik kereta api dari Stasiun Gambir ke Stasiun Kebumen, menumpang Kereta Api Taksaka Pagi. Stasiun Kereta Api Kebumen adalah salah satu dari sembilan stasiun yang ada di Kabupaten Kebumen, dan lokasinya paling dekat dengan pusat Kota Kebumen, ibukota kabupaten.

Candi Plaosan Kidul Klaten

Kunjungan hari itu sebenarnya telah selesai, dan saya sudah bersiap untuk kembali ke Kota Jakarta. Namun perbincangan beberapa saat sebelumnya dengan Bu Yayu di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta membawa saya ke Candi Plaosan Kidul Klaten , dilanjutkan ke Candi Plaosan Lor, dan terakhir ke Candi Sojiwan.

Candi Sojiwan Klaten

Candi Sojiwan Klaten saya kunjungi setelah dari Candi Plaosan Lor, sedangkan Candi Plaosan Lor saya kunjungi setelah dari Candi Barong. Rute ini ternyata ngawur, dan kengawuran itu baru saya ketahui setelah melihat plot GPS ketiga candi pada peta, dimana lokasi Candi Sojiwan berada diantara Candi Barong dan Candi Plaosan Lor .

Candi Plaosan Lor Klaten

Kompleks Candi Plaosan Lor terlihat jauh lebih luas dibandingkan dengan Candi Plaosan Kidul yang saya kunjungi sebelumnya, dan sudah terlihat kecantikan serta keagungannya. Ini karena telah selesai dilakukannya restorasi terhadap dua candi induk yang besar dan indah, serta beberapa buah candi perwara di sekitarnya.

Candi Sewu Klaten

Candi Sewu Klaten saya kunjungi beberapa saat setelah meninggalkan Candi Prambanan, dengan menumpang angkutan wisata yang disediakan di dalam kompleks candi, karena jaraknya cukup jauh untuk berjalan kaki, sekitar 800 meter. Candi Sewu adalah sebuah candi dari abad ke-8, atau lebih tua dari itu, yang merupakan candi Buddha terbesar setelah Candi Borobudur.

Masjid Wali Loram Kulon Kudus

Matahari masih terasa hangat menerpa kulit saat kami turun di halaman depan Masjid Wali Loram Kulon Kudus , dengan taman asri dan bundaran air mancur di depannya. Sedikitnya ada dua hal menarik dengan masjid ini, yaitu bangunan aslinya didirikan pada 1596-1597 oleh seorang Tionghoa Muslim asal Campa bernama Tjie Wie Gwan, dan yang kedua adalah adanya kori agung gapura paduraksa bergaya Majapahitan di bagian depannya.

Masjid Wali Jepang Kudus

Bangunan bersejarah terakhir yang saya kunjungi di kota sunan ini adalah Masjid Wali Jepang Kudus atau Masjid Wali Al-Makmur Jepang. Nama Jepang tak ada hubungannya dengan negeri matahari terbit, namun berasal dari kata Jipang, nama kadipaten dimana Arya Penangsang pernah memerintah dan memupuk mimpinya untuk menuntut tahta Demak sebagai anak kandung Raden Kikin (Pangeran Sekar Seda Ing Lepen).

Pindang Ayam H Sulichan Taman Bojana Kudus

Sebelum kembali ke hotel, kami mampir mengisi perut di warung Pindang Ayam H Sulichan Taman Bojana Kudus , mengikuti saran Kasmudi. Soal makanan khas mana yang enak dan relatif murah ia punya banyak pengalaman dan langganan karena lama malang melintang di wilayah sekitaran pantai utara Jawa bagian tengah ini. Selain parkir yang luas, ada banyak pilihan warung makan di pusat kuliner Kudus ini.

Makam Sunan Kedu Gribig Kudus

Senja mulai jatuh ketika kami tiba di area yang sunyi dimana terdapat cungkup Makam Sunan Kedu Gribig Kudus . Meski di sisi depan dan kanan ada beberapa rumah penduduk, namun seperti tak ada kehidupan di sana. Semua orang tampaknya sudah masuk ke dalam rumah, atau pergi ke masjid untuk maghriban yang entah dimana tempatnya. Belakangan baru saya ketahui ada masjid yang jaraknya hanya 75 meter dari cungkup makam, arah ke selatan.

Bumi Perkemahan Wana Wisata Kajar Kudus

Kami menghabiskan waktu di sore hari itu dengan berkunjung ke Bumi Perkemahan Wana Wisata Kajar Kudus yang berada di lereng selatan Gunung Muria, sekitar 2 km sebelum masuk ke wilayah Colo. Tempat wisata alam ini berada pada ketinggian 600 mdpl dengan luas sekitar 5 ha, dinaungi pohon pinus yang menghutan di sana. Pintu masuk ke kawasan berada di sisi sebelah kiri Jalan Raya Kudus - Colo.

Museum Purbakala Patiayam Kudus

Sungguh tak terpikirkan bahwa ada Museum Purbakala Patiayam Kudus di daerah Wali dan rokok kretek ini. Dalam perjalanan sempat ada perasaan kurang yakin tentang apa yang akan kami lihat, karena tak pernah terekam dalam ingatan adanya situs purbakala besar di wilayah Kudus. Bicara purbakala, tak bisa tidak ingatan orang pasti akan meluruk ke Museum Purbakala Sangiran Sragen , bukan ke Kudus. Namun Kudus ternyata punya museum purbakala yang sangat mengesankan.

Kelenteng Hok Tik Bio Kudus

Posisi Kelenteng Hok Tik Bio Kudus , salah satu yang tertua di kota ini, cukup strategis karena diapit tiga jalan, yaitu di sisi barat daya, timur laut, dan tenggara. Lokasinya berada agak ke pinggiran kota, sekitar 850 meter dari jalan lingkar luar Kudus, arah ke selatan. Tuan rumah kelenteng ini, sesuai namanya, adalah Hok Tek Ceng Sin atau Dewa Bumi yang berkahnya dinanti oleh para petani dan pedagang.

Museum Kretek Kudus

Menjelang tengah hari kami tiba di Museum Kretek Kudus , sebuah museum yang bangunan utamanya berada di area sangat luas, dipadu sejumlah fasilitas untuk memikat pengunjung dari segala jenjang usia. Jika sudah di kota ini memang wajib berkunjung ke museum kretek, seperti jika ke Jakarta maka wajib ke Museum Nasional atau Monumen Nasional , karena Kudus tak bisa dipisahkan dengan sejarah rokok kretek.

Bendungan Jembatan Tambak Lulang Ploso Kudus

Entah bagaimana caranya Kasmudi bisa menemukan lokasi Bendungan Jembatan Tambak Lulang Ploso Kudus ini. Sependek ingatan saya, ia hanya bertanya arah sekali, dan itu pun sudah sangat dekat dengan lokasi. Meskipun tinggal di Jepara, pengetahuannya tentang wilayah Kudus boleh dikatakan cukup baik. Lintasan dari Lasem, Rembang, Pati, Kudus, Demak hingga Semarang tampaknya sudah menjadi daerah jelajahnya, bahkan hingga ke Blora dan Grobogan.

Makam Pangeran Puger Demaan Kudus

Satu jam jelang tengah hari kami tiba di depan gapura Makam Pangeran Puger Demaan Kudus , di tengah kompleks permukiman penduduk yang cukup padat. Bukan waktu yang baik untuk ke kubur, karena biasanya kuncen tak ada di tempat, dan hawa panas terasa menyengat. Namun sebagai pejalan musiman, kadang terasa mewah untuk bisa mengatur waktu kunjung, utamanya lantaran buta lokasi sehingga tak gampang atur rute.

Kelenteng Hok Ling Bio Kudus

Dari luar, bangunan Kelenteng Hok Ling Bio Kudus tidak terlihat terlalu menonjol, lantaran meski puncak atapnya berbentuk pelana namun tak ada patung naga berebut mustika atau patung burung Hong yang biasa menghias atap kelenteng. Boleh jadi karena kelenteng ini utamanya digunakan oleh penganut agama Konghucu, meski resminya merupakan kelenteng Tri Dharma sebagaimana terlihat pada prasastinya.

Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus

Tampak luar Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus terlihat modern dengan arsitektur timur tengah, menara kembar yang tinggi, kubah, dan akses masuk berupa lubang-lubang lengkung dengan satu yang paling besar ada di tengah. Masjid ini tampaknya telah mengalami renovasi besar yang terjadi belum lama, namun tak saya temukan informasi mengenai kapan pekerjaan itu dilakukan, mungkin kurang dari lima tahun lalu.

Makam Kyai Telingsing Sunggingan Kudus

Lokasi Makam Kyai Telingsing Sunggingan Kudus masih berada di dalam kota, namun agak masuk ke dalam dari jalan besar. Makam ini bisa diakses dari Jl Kyai Telingsing, dengan lintasan cukup panjang dan agak berkelok dan belum sepenuhnya dipetakan oleh Google Maps. Bisa juga diakses lewat Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo yang jaraknya lebih dekat dan mobil bisa masuk hingga ke dekat makam.

Langgar Bubrah Kudus

Namanya cukup eksotis, Langgar Bubrah Kudus , yang dari sana orang bisa memperkirakan bahwa kondisi langgar ini tentu tidak berada dalam keadaan utuh. Namun demikian, meskipun katakanlah berupa reruntuhan sekalipun, tetap kurang afdol jika tak mengunjunginya. Lagipula jaraknya dekat saja, masih di dalam kota, hanya sekitar 400 meter dari Masjid Menara Kudus , arah ke selatan.

Kelenteng Hok Hien Bio Kudus

Langit sudah mulai pucat ketika kami tiba di lokasi Kelenteng Hok Hien Bio Kudus karena matahari sudah memanjat sekira 45 derajat menuju titik puncak, dan bangunan kelenteng menghadap ke utara, sedikit ke timur laut, arah Puncak Gunung Muria. Umumnya kelenteng memunggungi gunung dan menghadap laut, namun laut di selatan sangat jauh, lebih dekat laut di sebelah barat dan utara, di belakang gunung.

Masjid Nganguk Wali Kudus

Matahari masih rendah di belahan bumi sebelah timur ketika kami tiba di pelataran Masjid Nganguk Wali Kudus , sebuah masjid unik yang masih menjaga warisan budaya masa lalu. Akses masuk ke masjid ini adalah dari Jalan Tanjung, masuk ke dalam gang yang berada persis di sebelah selatan Hotel Hom yang berada di Jalan Tanjung No. 14-16.

Masjid Agung Kudus

Waktu shalat maghrib baru saja masuk saat kami tiba pusat kota, dan saya pun memutuskan untuk singgah di Masjid Agung Kudus yang letaknya persis di sudut barat daya Alun-alun, menghadap arah ke timur. Sedangkan di sisi utara ada Pendopo Kabupaten Kudus dengan halaman memanjang, bersebelahan dengan Pujasera Taman Bojana.

Sendang Belik Moro Rahtawu Kudus

Kunjungan ke Sendang Belik Moro Rahtawu terjadi karena kebetulan melihat ada tanda di pinggir jalan dengan dasar hijau dan tulisan putih yang menyebut nama sendang dan nama Pertapaan Kunto Dewo. Meskipun sudah merasa cukup untuk hari itu namun jarak yang ditulis pada tengara itu menggoda, karena menyebut angka 100 meter. Kedua tempat itu pada arah dan jarak yang sama.

Pemandian Alam Kedung Gong Rahtawu Kudus

Anugerah alam lainnya yang dimanfaatkan oleh penduduk Rahtawu untuk menjala rupiah dari pejalan yang datang melancong adalah menawarkan Pemandian Alam Kedung Gong Rahtawu . Entah siapa yang memulai dan mempeloporinya, namun setiap manusia memang diberi bongkahan abu-abu di dalam kepalanya yang mestinya dipakai berpikir dan menyiasati hidup.

Pemandian Alam Kali Petuk Rahtawu Kudus

Sungai adalah salah satu wisata alam yang ditawarkan Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Pemandian Alam Kali Petuk Rahtawu Kudus merupakan satu diantara yang ditawarkan itu. Bagi orang desa, kali adalah tempat bermain sehari-hari, entah untuk mandi sambil bermain air dan ciblongan, buang hajat, mengail, nggethik (menetak) ikan, atau memancing sidat.

Petilasan Eyang Abiyoso Rahtawu Kudus

Dengan kembali berkendara kami menelusuri jalan utama Desa Rahtawu ke arah utara atau tepatnya arah ke timur laut mengikuti jalan yang masih lumayan baik kondisinya. Beberapa saat kemudian kami berhenti tepat sebelum sebuah jembatan yang lumayan bagus, lantaran ada tengara menarik di tepi jalan, salah satunya adalah petunjuk arah jalan menuju ke Petilasan Eyang Abiyoso Rahtawu

Pertapaan Eyang Loko Joyo Rahtawu Kudus

Nama Loko Joyo atau Loka Jaya tak asing bagi saya, sehingga mudah saja menarik perhatian ketika melihat tanda di tepian pertigaan jalan dengan tulisan Pertapaan Eyang Loko Joyo Rahtawu . Kami pun menyimpang ke kiri dari jalan utama desa pegunungan ini, memasuki jalan yang relatif lebar dan mulus, sedikit menanjak atau "mayat" dalam bahasa Jawa.

Vihara Narada Rahtawu Kudus

Lokasi Vihara Narada Rahtawu Kudus berada tepat di ujung kaki bukit yang lumayan tinggi dengan kemiringan tajam, hampir menyerupai bentuk kukusan dengan puncak tumpul. Meskipun di bagian atas bukitnya cukup rimbun dengan pepohonan namun pada lerengnya agak telanjang dan hanya ditumbuhi perdu yang kering terbakar panas matahari.

Pertapaan Begawan Eyang Sakri Rahtawu Kudus

Perjalanan menarik di sore hari itu ke Pertapaan Begawan Eyang Sakri Rahtawu Kudus boleh dibilang tak begitu lama, setidaknya untuk ukuran luar kota Jakarta yang mulai terkena penyakit macet. Jika berkendara di Jakarta kadang orang butuh waktu 1 jam untuk jarak 1 km, maka hari itu kami butuh kurang dari sejam untuk jarak sekira 20 km.

Masjid Madureksan Kudus

Lokasi Masjid Madureksan Kudus berada di sudut area parkir kendaraan pengunjung Makam Sunan Kudus, berjarak sekitar 150 meter dengan melewati Jl Madurekso ke arah timur, atau pun Jl Menara arah ke selatan lalu ke timur. Keistimewaan masjid sederhana ini adalah karena konon dibangun kanjeng Sunan Kudus sebelum beliau mendirikan Masjid Menara.

Makam Sunan Kudus

Letak Makam Sunan Kudus berada persis di belakang bangunan utama limasan tumpang Masjid Menara Kudus , dengan akses tersendiri namun bisa juga lewat gapura butulan dari samping kiri masjid. Di bagian terdepan, dekat jalan, pengunjung melewati gapura beratap genting, dan beberapa puluh langkah kemudian ada gapura paduraksa besar sebelum belok kanan.

Masjid Menara Kudus

Hari masih pagi ketika kami turun dari kendaraan di Jalan Menara yang sibuk dan tak begitu lebar tepat di depan Masjid Menara Kudus , masjid tua bersejarah warisan Sunan Kudus yang dibangun pada 1549 M. Langit biru bersih, namun matahari tak bebas menyengat karena ada bangunan di sepanjang jalan, serta adanya gapura dan menara masjid.

Ketep Pass Magelang

Ketep Pass Magelang saya datangi sebelum berkunjung ke Kaliadem, beberapa saat setelah meninggalkan Candi Mendut beberapa tahun lalu. Jalan menuju Ketep Pass dari arah Kota Magelang sejauh sekitar 30 km ini cukup mulus dan tak membosankan, dengan pemandangan sawah dan ladang hijau subur di sepanjang jalan yang berkelok dan menanjak.

Candi Mendut Magelang

Mengunjungi Candi Mendut Magelang serasa memutar lorong waktu, kembali ke beberapa puluh tahun lalu, ketika pertama kali saya berkunjung ke candi yang tak sebesar Candi Borobudur dan terbilang elok ini. Candi Mendut tidak banyak berubah dari apa yang terekam dalam ingatan

Candi Borobudur Magelang

Mengunjungi Candi Borobudur Magelang mungkin sudah biasa. Namun berada di Candi Borobudur sebelum fajar mulai merekah sama sekali bukan hal biasa. Siluet stupa, kabut, hawa dingin, bias sinar fajar menyemburat dari lereng dan puncak Gunung

Candi Pawon Magelang

Candi Pawon Magelang adalah sebuah candi yang ukurannya relatif kecil. Candi ini yang saya kunjungi selepas memotret Perbukitan Menoreh, di daerah Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi berada diantara Candi Borobudur dan Candi Mendut, atau tepatnya 1,75 km jika dari arah Candi Borobudur dan 1,15 km dari arah Candi Mendut, sedikit berbelok dari jalan utama, sehingga bisa terlewati begitu saja.

Perbukitan Menoreh Magelang

Adalah sebuah obrolan kecil yang membuat saya sampai mengetahui akan keberadaan sebuah hotel mewah tidak jauh dari Candi Borobudur bernama Aman Jiwo, yang hanya memerlukan beberapa menit berkendara ke arah Perbukitan Menoreh Magelang .

Pura Kalingga Satya Dharma Pekalongan

Memasuki Desa Linggoasri di Kecamatan Kajen kami melihat tanda Pura Kalingga Satya Dharma Pekalongan , dan memutuskan untuk mampir. Pura paling jarang saya kunjungi. Selain sedikit, biasanya pura tidak seterbuka masjid dan kelenteng terhadap pejalan, kecuali di Bali.

Wisata Linggoasri Kajen Pekalongan

Wisata Linggoasri Kajen Pekalongan merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi sebelum senja turun. Letak kawasan wisata yang terkenal ini ada di Kecamatan Kajen,  Pekalongan, sangat dekat dengan jalan provinsi yang menuju ke arah wilayah Kabupaten Banjarnegara.

Pendopo Kajen Kabupaten Pekalongan

Kami mampir ke Pendopo Kajen Kabupaten Pekalongan sore itu, lantaran jarak tak jauh dari jalan terdekat ke Kota Pekalongan. Kami menempuh perjalanan 6 km menuju ke pendopo itu dari Bendung Padurekso Karanggondang yang kami kunjungi sebelumnya, arah ke Barat Laut.

Bendung Padurekso Karanggondang Pekalongan

Tengara di pinggir jalan membuat kami bisa mampir ke Bendung Padurekso Karanggondang Pekalongan di Kecamatan Karanganyar. Belokan arah ke bendung berada hanya 150 meter dari RM Tirta Alam Karanggondang . Mungkin nama bendung itulah yang menarik perhatian saya.

Jembatan Lengkung Lolong Pekalongan

Perjalanan ke Jembatan Lengkung Lolong Pekalongan memakan waktu lama, karena kami berkendara cukup lambat. Itu lantaran perut baru saja terisi di RM Tirta Alam Karanggondang , sehingga memang perlu waktu sebentar agar makanan turun mengendap terlebih dahulu.

Watu Bale Pungangan Pekalongan

Informasi situs Watu Bale Pungangan Pekalongan kami peroleh dari Kedi, saat berbincang di warung miliknya. Karena cukup jauh dari warungnya yang ada di halaman Makam Ki Gede Penatas Angin , Kedi hanya memberi petunjuk arah, dan tanda-tanda di jalan sebagai panduan.

Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan

Kami melanjutkan perjalanan ke lokasi Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan yang berada di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro. Gerbang masuk ke makam berada di mulut jalan simpang yang mengarah ke kanan hanya beberapa ratus meter dari Bendung Rogoselo yang kami kunjungi sebelumnya.

Air Tiga Rasa Rejenu Kudus

Ada ketidaksengajaan, atau mungkin setengah jodoh, bahwa kami dapat berkunjung ke Air Tiga Rasa Rejenu Kudus yang nama "resminya" adalah Sendang Petilasan Syekh Sadzali Rejenu . Jodoh setengahnya lagi sayangnya tak kesampaian, lantaran mestinya juga berkunjung ke Air Terjun Monthel yang berjarak hanya sekitar 1,3 km sebelum sendang.

Makam Syekh Sadzali Rejenu Kudus

Kunjungan ke Makam Syekh Sadzali Rejenu Kudus bisa dibilang tak sengaja karena kombinasi keingintahuan untuk melihat daerah Rejenu, serta godaan tukang ojek untuk mengistirahatkan lutut setelah menuruni ratusan anak tangga dari Makam Sunan Muria . Tak ingat benar apa yang dikatakan tukang ojek itu, apakah makam atau kah air tiga rasa yang ada di Rejenu. Namun keduanya terdengar cukup menarik.

Bendung Rogoselo Pekalongan

Lokasi Bendung Rogoselo Pekalongan dekat dari tepian jalan, beberapa puluh meter sebelum jalan sempit ke hutan karet PTPN IX Unit Kerja Kebun Blimbing. Area bendung juga berada tidak jauh dari gapura yang menjadi jalan masuk ke Makam Syekh Wali Agung Rogoselo .

Makam Sunan Muria Kudus

Perjalanan selanjutnya pada hari itu adalah untuk mengunjungi Makam Sunan Muria Kudus , yang lokasinya berada di sebuah puncak perbukitan di lereng bawah Gunung Muria. Sebenarnya ada sedikit keraguan apakah sanggup mendaki anak tangga yang kabarnya sangat banyak. Namun dengan pengalaman pernah menaklukkan 600-an anak tangga Puncak Gajah Mungkur membuat hati sedikit tenang.

RM Tirta Alam Karanggondang Pekalongan

Lewat jam dua siang kami ke RM Tirta Alam Karanggondang Pekalongan yang dipisahkan dari tepian jalan oleh sungai. Sempat ragu karena cat temboknya mulai pudar, dan sempat pula melewatinya namun akhirnya saya meminta Dodi putar balik dan masuk ke halaman depannya.